Kamis, 27 November 2008

DESKRIPTIF ITU KATEGORIKU

Oleh: Sun’an Yohantho

Mengomentari atau menilai karya cerpen tidak sama dengan ketika kita memberikan vonis pada ilmu pasti exactly. Penjumlahan, 5+5=10, itu tidak bisa dibantah tetapi kalau dalam karya fiksi punya anak lima dari istri kelima tidak selalu memunculkan 10 masalah. Itulah salah satu yang membedakan karya fiksi dan ilmu pasti. Sehingga karya fiksi tidak akan semudah memberikan vonis tentang kepastian peristiwa dari rentetan kejadian sebelumnya.
Mungkin ilham cinta lebih populer di kalangan penulis cerpen SMA. Seperti cerpen Punggung menyoal tentang cinta yang pada akhirnya mengarahkan tema cinta anak-anak baru gede. Memang untuk saat ini, cerpen dengan tema-tema cinta cukup banyak ditampilkan, menarik dapat membawa semangat baru untuk berkendak dalam beraktifitas. Sekilas menikmati dan membaca cerpen Punggung, pembaca akan terlalu mudah menebak arah apa yang ingin dicapai penulisnya. Cerpen Punggung menceritakan perjalanan cinta sepihak oleh tokoh aku ‘Kinanti’ kepada Iqbal. Sekarang ini cerita tentang perjalanan cinta anak SMA tidak hanya hadir di cerpen tetapi hampir setiap saat dapat kita jumpai, nikmati dalam sinetron-sinetron televisi Indonesia.
Dapat diakui, penulis sudah cukup mapan memainkan latar untuk membangun suasana. Pengelompokkan latar cerpen Punggung terbagi dalam 4 latar tempat utama;ruang perpustakaan, gunung, toko buku, rumah sakit, dan 3 latar pendukung; taman sekolah, di antara tenda-tenda, depan kelas. Penggambaran ruang/tempat dengan perangkat yang lazim melekat kepada nama yang disandang cukup jelas. Suasana pegunungan dengan udara segar, kabut dingin, rerumputan tinggi selutut, serta pepohonan besar yang menjuntai sudah bisa membawa imajinasi pembaca. Latar tempat utama dan latar pendukung sebagai bagian dari landasan penulisan cerpen Punggung sudah cukup menghidupkan gambaran suasana. Suasana latar tempat diceritakan dengan jelas dan lebih dapat dikatakan deskriptif, seperti dalam potongan dialog berikut.
Ruang perpustakaan padat dan pengap, tak urung membuatku harus beberapa kali menyeka butir-butir keringat dengan tanganku.
Namun penggambaran latar kehidupan sosial tokoh-tokohnya belum nampak tergambarkan. Padahal itu penting, untuk mengindikasikan kedalaman sebuah cerita.
Jalinan peristiwa guna mengukuhkan tema percintaan yang dikemukakan oleh penulisnya dibuat lebih menarik dengan dihadirkan konflik. Konflik-konflik batin ditonjolkan dalam perasaan diri tokoh utama aku ‘Kinanti’ . Dialog-dialog batin tokoh aku ‘Kinanti’ dalam cerpen, mengisyaratkan kesulitan penulis untuk menampilkan dialog antar tokoh. Hal itu sering ditampilkan untuk menyiasati agar jalan cerita tetap runtut hidup dan tidak memunculkan kekosongan jalan cerita seperti dalam potongan cerita berikut.
Namun, tiba-tiba kepalaku memberat, aku sulit mengendalikan keseimbanganku dan tersandung sebuah batu hitam di kakiku. Tubuhku seketika tumbang, kepalaku membentur sebuah batu tajam yang berada tak jauh dariku, yang membuat pipi kananku dingin dan memerih.
Justru dari penggalan cerita itu dapat diketahui ketidakmampuan penulis untuk mengolah suasana untuk disajikan dalam kalimat.
Cerpen Punggung kalau dicermati dengan teliti akan mengarahkan pembaca untuk membagi adegan cerita dalam 3 kelompok peristiwa. Pertama, jalan cerita berlangsung dalam situasi biasa datar belum ada konflik dengan latar situasi perpustakaan. Kedua, jalan cerita berlangsung dalam situasi konflik dengan latar situasi perjalanan pendakian menuju puncak gunung. Ketiga, jalan cerita berakhir menuju selainya konflik dengan latar rumah sakit. Penulis mungkin tidak menyadari tentang kemunculan 3 kelompok peristiwa itu, yang pada akhirnya menyamarkan perpindahan adegan. Pembaca akan mengalami hambatan setelah membaca secara tak sadar sudah pindah ke lain suasana cerita.
Batasan sebuah karya cerpen berkualitas dan tidak berkualitas memang sangat relatif. Dari sudut pandang hiburan, cerpen Punggung sudah cukup layak untuk dijadikan bacaan berbagai kalangan. Realitas dalam cerpen sudah menggambarkan suasana zamanya pada masa sekarang seperti pada penggalan cerita berikut.
Angin dingin yang keluar dari lubang-lubang AC di atas kepalaku…Sementara Rama sibuk mengoperasikan ponselnya yang tak bersignal.
Zaman sekarang orang sudah tidak merasa asing dengan AC dan HP. Berbeda dengan peradaban teknologi AC, HP tidak dijumpai pada cerpen-cerpen karya era sebelum tahun 1990. Hal itu sebagai tanda bahwa kehidupan peradaban penggunaan HP di Indonesia muncul setelah tahun 1990. Prinsip hidup, sikap hidup, yang melekat pada para tokoh cerpen Punggung tidak ada belum muncul atau tidak ditemukan. Setelah menikmati cerpen Punggung karya Anita Febrina dengan gaya bercerita gamblang lugas jelas akhirnya sedikit banyak pembaca akan menemukan pengalaman baru tentang percintaan.
Ngomong, ngobrol, curhat ngalor-ngidul sampai lupa waktu sering dilakukan banyak kalangan. Tidak mudah, orang daripada ngobrol lebih baik diam atau menulis. Hal itu telah mulai dilakukan oleh Anita Febrina sebagai kalangan generasi muda membiasakan menulis dalam keseharian. Melalui cerpen menjadikan terdokumentasikannya perkembangan peradaban pada zaman.



*Penulis adalah penikmat sastra tinggal di Lampung.

Tidak ada komentar: